• Jelajahi

    Copyright © PORTALMILITER.COM | BERITA INDONESIA TERKINI, BERITA HARI INI
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Apa yang Dilakukan Selayar Hadapi Fenomena Overtourism?

    Selayar Pos
    Rabu, 20 November 2019, 14:39 WIB Last Updated 2019-11-20T07:39:41Z
       Apa yang Dilakukan Selayar Hadapi Fenomena Overtourism?

    SELAYARPOS.COM ■ Fenomena Overtourism yang melanda beberapa negara menjadi tombol pengingat bagi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, utamanya hal ini Dinas Pariwisata yang bersentuhan langsung pada otoritas wisata.

    Patut disimak bahwa beberapa website informasi perjalanan sudah membuat daftar tempat-tempat yang harus dikunjungi tahun 2020. Sayangnya, muncul daftar tempat-tempat yang jangan dikunjungi dan mereka menyebutnya sebagai dampak Overtourism.

    Daftar larangan itu jelas merugikan bagi kawasan yang menghambakan sektor wisata sebagai "tulang punggung" pendapatan daerah.

    Disitat dari News Australia, pada edisi Senin (18/11/2019), dan website pariwisata asal Inggris, Fodor mengeluarkan daftar ‘No Visit’ alias daftar destinasi-destinasi dunia yang disarankannya untuk tidak dikunjungi tahun 2020. Sayangnya, ada dua destinasi dari Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut.

    Ada alasan-alasan tertentu dalam daftar destinasi ‘Jangan Dikunjungi’. Misalnya, karena alasan keamanan, politik, overtourism, sampai wacana tiket masuk yang dinilai kemahalan.

    Tercatat, ada 13 destinasi dalam daftar tersebut yang terbagi dalam 8 kategori. Untuk overtourism, destinasinya yakni Angkor Wat di Kamboja, Big Sur di California, dan Bali di Indonesia.

    Overtourism merupakan suatu fenomena di mana sudah terlalu banyak kunjungan turis di suatu destinasi. Overtourism sudah dinilai sebagai suatu musibah. Sebabnya, suatu destinasi yang sudah kepenuhan turis bakal terkena dampak yang buruk. Dari tingkah turis nakal yang tidak terkontrol, kemacetan hingga rusaknya destinasi tersebut akibat vandalisme dan lainnya.

    Ada lagi tempat-tempat yang akan mengenakan tiket masuk yang dinilai terlalu mahal. Ada dua destinasinya, yaitu Taman Nasional Galapagos di Ekuador dan Pulau Komodo di NTT, Indonesia.

    Kabarnya, pemerintah Indonesia mewacanakan tiket masuk ke Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo sebesar USD 1.000 atau setara dengan Rp 14 juta (dalam kurs Rp 14 ribu). Walau masih wacana, sudah bikin was-was turis dan operator tur. (Sumber: detik.com).

    Sementara itu, kami juga mengutip laporan Ecophiles dan CNN yang menyebutkan beberapa wilayah destinasi wisata yang sedang mengalami overtourism:

    1. Venesia, Italia

    Pada Februari, 2017, Venesia masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO yang dianggap terancam kelestariannya.

    Karena membludaknya angka kedatangan wisatawan di setiap tahun dan biaya hidup yang terus meroket tinggi, sejumlah penduduk asli memilih untuk meninggalkan Venesia.

    Belum lagi melihat bencana banjir bandang yang baru-baru ini menerjang.

    Kendati demikian, sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi overtourism. Salah satunya adalah dengan membatasi jumlah kamar dalam tempat penginapan.

    2. Dubrovnik, Kroasia

    Dubrovnik merupakan salah satu kota di Kroasia yang populer sebagai destinasi wisata.

    Semenjak menjadi lokasi penggarapan judul film dan serial mentereng seperti Game of Thrones, Star Wars dan James Bond, kota ini kian diminati turis dunia.

    Setiap harinya, kunjungan wisata yang diterima kota tersebut dari kapal pesiar saja dapat mencapai 8.000 pengunjung.

    Angka tersebut belum termasuk kunjungan wisatawan dengan moda transportasi lainnya.

    3. Pantai Maya Bay, Thailand

    Berlokasi di Pulau Phi Phi Lei, Maya Bay terpaksa ditutup sementara pada 1 Juni 2018.

    Salah satu lokasi penggarapan film The Beach ini mengalami kerusakan berat akibat aktivitas pariwisata yang tidak terkontrol.

    Hingga kini, belum diinformasikan kembali kapan pantai akan kembali dibuka untuk umum.

    4. Amsterdam, Belanda

    Peningkatan jumlah pengunjung yang berlebihan telah menyebabkan kendala pada tatanan sosial Amsterdam.

    Dengan angka turis yang semakin meningkat setiap tahunnya, penduduk setempat mulai terlihat geram akan tingkah wisatawan yang tak bertanggung jawab.

    Karakter dan identitas penduduk dan lingkungan setempat mulai terancam punah, diikuti meningkatnya kemiskinan di pinggiran kota.

    5. Pulau Boracay, Filipina

    Pulau Boracay merupakan salah satu destinasi yang harus menghadapi dampak buruk dari overtourism.

    Pada tahun ini, pulau tersebut sempat ditutup selama enam bulan untuk proses detoksifikasi.

    Kini, Pulau Boracay telah kembali dibuka untuk umum dengan jumlah hotel dan restoran yang jauh lebih sedikit.

    6. Big Major Cay, Bahama

    Big Major Cay atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pulau Babi, merupakan destinasi wisata yang tepat jika ingin menyaksikan kelucuan babi berenang di lautan.

    Sayangnya banyak wisatawan tidak bertanggung jawab yang menyebabkan kematian bagi babi-babi di pulau tersebut.

    Sejumlah turis dikabarkan meracuni hewan dengan minuman beralkohol.

    Hingga kini, hanya tersisa 15 babi yang masih hidup.

    7. Reykjavik, Islandia

    Meskipun belum banyak diketahui dunia, overtourism di Islandia sudah mulai diperbincangkan oleh penduduk setempat.

    Pada tahun 2017, jumlah penduduk sudah kalah jauh dengan jumlah wisatawan dengan rasio satu dibanding tujuh.

    Penduduk dan pemerintah masih menyambut kedatangan turis dengan senang hati, asalkan kunjungan wisata disertai dengan sikap menghargai.

    8. Great Barrier Reef, Australia

    Terletak di lepas pantai Queensland, Great Barrier Reef adalah deretan terumbu karang terbesar di dunia.

    Sayangnya, kondisi terumbu karang ini semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

    Perubahan iklim, pemanasan global dan tingginya angka turis menjadi penyebab bagi terancamnya kehidupan laut.

    Dari rangkuman tersebut, jika jeli, fenomena overtourism yang diberlakukan di Bali dan Pulau Komodo sebaliknya bisa mendatangkan nilai ekonomis bagi Selayar. Sayangnya, terobosan itu tak terdengar atau belum dilakukan?. Sejumlah turis dan agen perjalanan semacam biro travel asing sering merasa gagap ketika ditanya soal destinasi wisata Selayar.

    Barangkali terlalu utopis untuk mencari manfaat dari fenomena overtourism? Semoga menjadi renungan bersama, jika tak ingin Wisata Selayar, ibaratnya bagaikan katak dalam tempurung.

    ■ Dimas

    Komentar

    Tampilkan

    Berita Terbaru